Model analisis dalam pelaksanaan Dakwah Islam, Bahwa menurut caranya dakwah dibagi menjadi tiga system, yaitu pertama,dakwah bi al-lisan, biasanya dakwah yang seperti ini dilakukan oleh seseorang yang menyebarkan atau menyapaikan meteri kepada khalayak umum, biasanya dilakukan oleh seorang da’i. kedua dakwah bi al-hal, dakwah dalam model ini, lebih menekankan pada praktek atau tingkah laku seorang da’I dan yang terakhir adalah dakwah , dakwah bit tadwin model ini dilakukan dengan media tulis, baik tulisan cetak maupun media elektronik. Contoh dari dakwah ini adalah penerbitan/perbanyakan kitab suci Al-qur’an,kumpulan hadits,dll. Sehingga tulisan dakwah ini bisa dibaca oleh siapa saja. Dalam kesempatn ini kami akan membahas apa dan bagaimana dakwah itu berjalan didalam masyarakat, apakah terdapat tiga system tersebut dalam model pelaksanaan didalam masyarakat.
Kami mengambil model dakwah masyarakat pada Majelis Taklim mengapa , karena menurut kami dalam majelis taklim, yang ditekankan bukanlah hanya dalam system dari ketiga system tersebut yaitu : billisan, billhal, bit tadwin . Di dalam majelis taklim dijeaskan dari tempat penyelenggaraan, apa manfaat dari penyelenggaraan, bagaimana proses dakwah dalam model ini dan apasih tujuan dari majelis taklim ini. Majelis taklim mengarahkan dari segi bilisan, disana juga banyak dakwah yang dilakukan oleh para dai yang telah diundang dalam acara tersebut. Dari segi bil hal, majelis taklim juga membuat progam tenteng pemberdayaan masyarakt, jadi dapat dikatakan yang aktif bukanlah hanya dari pemimpinnya saja, tetapi para anak buah katakanlah, juga aktif dalam dakwah tersebut. Dan dari segi bit tadwin , ada model majelis taklim ini yang prosesnya adalah pergantian pemimpn setiap periodenya, jad setiap periode pengelola atau pengurus dari majelis taklim dapat berganti-ganti, menjadi lebih berkesan demokratis.
A. MERANCANG DAKWAH DI MAJELIS TAKLIM
Topik yang akan kami kemukakan ini adalah topik yang sudah sering dibahas, baik baik dalam, seminar, penataran, atau dalam buku-buku teks tentang dakwah. Oleh karena itu, saya ingin membatasi pembahasan dalam majelis taklim, kami akan coba mengambil contoh pada majelis taklim yang ada dimasyarakat, yaitu yang berada didaerah Jakarta .
Sasarannya mempunyai dua kemungkinan . maksud pertama adalah jamaah atau pendengar, sedangkan maksud yang kedua adalah tujuan, yaitu dakwah di majelis taklim. Agar lebih memudahkan dalam pembahasan sebagai berikut : latarbelakang pmikiran, jamaah, tujuan, materi, metode, wawasan pengembangan.. Uraian ini munkin akan lebih pada majelis taklim kaum ibu.
1. Latar Belakang Pemikiran
Pada umumnya majelis taklim adalah lembaga swadaya mayarakat murni. Ia dilahirkan dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya. Oleh karena itu, majelis taklim merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Manfaat majelis taklim akan terasa mempunyai makna dari para jamaahnya , apabila kebutuhan para jamaahnya terpenuhi. Para mubaligh atu dai sangat penting mengetahui kebutuhan mereka atu mengarakan jamaah pada tujuan yang akan dicapainya.tentu saja tida sema kebuthan terpenuhi, majelis taklim hanyamampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan kempuan dan fugsinya, adapun fungsi majelis taklim kurang-kurangnya sebagai berikut:
Pertama, tempat memberi dan memperoleh tambahan ilmu dan kemampuan.
Kedua, tempat mengadakan kontak social dan pergaulan social.
Ketiga, tempat bersama-sama mewujudkan minat social.
Keempat, tempat untuk mendorong agar lahir kesadaran dan pengalaman yang menyejahterakan hidup rumah tangga.
Apabiala majelis taklim menunjukan berbeda-beda, hal itu bukan disebabkan oleh fungsinya, tetapi munkin kerena perbedaan, tempat diadakannya majelis tersebut, atau munkin bis saja perbedaan prosesi atau method dalam pelaksannanya,dan biasa saja karena perbedaan materi dari majelis dakwah tersebut.
2. Kadaan Majelis Taklim Di Jakarta
- JAMAH
Majelis taklim diklarifikasikan berdasar pada lingkungan, tempat, kegiatan organisasi, dan lain-lain.
Menurut lingkungan jamaah, maka dapat di majelis taklim dapat diklsifikasikan sebagai berikut:
1. Majelis taklim daerah pinggiran
2. Majelis taklim daerah gedongan
3. Mejelis taklim kompleks,seperti perumahan
4. Majelis taklim perkantoran
Sepintas saja dapat dilihat perbedaan lingkungan social an fungsi social dalam masing-masing majelis taklim.
Menurut tempat penyelenggaraan, dapat diklsifikasikan sebagai berikut :
1. Di masjid dan di mushala
2. Di madrasah atau ruang khusus semacam itu
3. Di rumah secara tetap atau berpinah-pindah
4. Di ruang atau aula kantor.
Tempat penyelenggaraan majeis taklim akan membentuk suasana yang berbeda-beda.
Menurut organisasi jamaah, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Majelis taklim yang dipimpin, dikelola dan bertempat khusus, yang dibuat oleh pengurus sendiri atau guru.
2. Majelis taklim yang didirikan, dikelola, dan ditempati bersama. Mereka mempunyai pengurus yang dapat diganti setiap periodenya.
3. Majelis taklim yang mempunyai organisasi induk, seperti Aisyiah, Muslimat, Al-hudayah.
Klasifikasi organisasi dan pengorganisaian majelis taklim mungin menujukan mutu materi dan kegiatan tambahan dari maelis taklim.
- TUJUAN
Sesuatu yang menjadi tujuan dari majelis taklim munkin berbeda-beda dilihat dari penyelenggaraan organisasi dan jamaah yang ada tidak pernah mengkalimatkan tujuannya. Namun secara garis besar tujuan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) berfungsi sebagai tempat belajar maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama, yang akan mendorong pengalaman pengalaman agama. 2) berfungsi sebagai tempat kontak social maka tujuannya adalah silaturahmi. 3)berfungsi sebagai mewujudkan minat social, maka tujuannya meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaah.
- MATERI
Dilihat dari keyataan bahwa materi majelis taklim dapat diklasifikasikan sebagai berikut, diantaranya:
a) Majelis taklim yang tida dilakukan secara rutin, yang hanya sebagai tempat berkumpul, membaca shalawat, yasin ataupun sholat sunnah berjamaah, maka setiknya panitia mengundang penceramah (da’i) sebulan ekali, ceramah inilah yang menjadi isi majelis taklim.
b) Majelis taklim yang mengajarkan dasar pengetahuan agama, seperti mengajarkan cara-cara membaca Al quran atau pendalaman ilmu fiqih.
c) Majelis taklim yang lembih membahas masalah-masalah agama, seperti fiqih tauhid, maupun akhlak yang telah terjadi di dimasyarakat, biasanya dilengkapi dengan Tanya jawab.
d) Majlis taklim seperti butir yang ketiga, namun lebih dilingkapi kitab pegangan.
- METODE
Dari uraian materi yang telah disampaikan, maka tergambarkan metode dalam majelis taklim yaitu membaca, bersama menirukan, ceramah, dan Tanya-jawab. Dalam kategori yang lebih besar metode ini tidaj hanya yang aktif para pemimpin atau dai nya tetapi para pendengar atau pesertanya dituntut untuk ikut meramaikan dakwah (bahas gaulnya).
Jamaah majelis taklim mengisi kegiatanya dengan menyantuni yatim piatu, membantu pembantu anggota yang dalam kesulitan, kegiatan koprasi bagi jamaah, dan sebagainya.1[1]
1. Urgensi Majlis Taklim Dalam Pelaksanaan Dakwah
Di dalam model majelis taklim ini para lebih memntingkan perhatian dari masyarakat terlebih dahulu, ketimbang dakwahnya.
Kegiatan dakwah menjadi lebih variatif dan berkembang
Selain ilmu agama masyarakat pun dapa memperoleh ilmu lain.
Menjalin kontak manusiawi, yang akan memudahkan komunikasi dalam berdakwah.
Dapat merubah perspektif masyarakat tentang pelaksanaan dakwah, yang biasanya memandang dakwah sebagai sesuatu yang lebih resmi atau sebagai kewajiban dalam beragama menjadi sesuatu yang lebih santai dalam menerima dakwah dengan system majelis taklim ini.
2.Sarana-Sarana Pendukung Dakwah
Kita akan coba ambil analisis dalam 1 model sarana saja yaitu pada bidang Media. Dalam Pelaksanaan Dakwah Islam sangat bermacam-macam,disini kelompok kami akan menganalisis tentang media dalam pelaksanaan dakwah, selain penentuan metode dan pesan dakwah, yang tidak kalah penting dalam kegiatan dakwah adalah penentuan media yang akan di gunakan untuk meaksanakan penyampaian pesan dakwah kepada masyarakat. Dalam pandangan dakwah,meliputi lembaga pendidikan formal, lingkungan keluarga, hari-hari besar islam ,media massa (radio,surat kabar,mjalah) organisasi-organisasi islam2[2].
Dalam penentuan media dakwah juru dakwah tidak memiliki otoritas penuh. Karena ketentuan penggunaan media ini harus di dasarkan kondisi obyektif sasaran dakwah. Dalam kasus masyarakat yang memiliki minat baca rendah dan sebagian masih buta huruf , maka penggunaan media massa cetak tidak efektif dan akan lebih efektif menggunakan media mimbar,radio atau tv.sebagai contoh misalnya dalam salahsatu tokoh pemeran dalam sebuah flim Ayat-Ayat Cinta,KCB,ataupun flim-flim lain yang bernuansa islami selain dapat menghibur ternyata terdapat unsur dakwah yang luar biasa.dengan media dakwah yang seperti ini msyarakat yang mengidolakan tokoh akan meniru dan mengikuti seperti yng diidolakanya,hal ini lah yang harus ditingkatkan lagi,seandainya para tokoh yang berperan dalam flim-flim yang bernuansa dakwah tersebut benar-benar melakukan seperti apa yang di perankan mungkin akan banyak sekali membawa kebaikan pada zaman sekarang ini.
Begitu pula sebaliknya, kondisi masyarakat yang bersifat kritis dan memiliki minat baca tinggi, penggunaan media cetak akan lebih efektif di banding dengan media lain. Hanya saja banyak sekali flim maupun bacaan yang beredar secara terbuka bahkan secara terang-terngan. Mungkin itu penyebab dari kebobrokan umat islam zaman sekarang.
Peran media amatlah penting disamping memudahkan akses berkomunikasi,menambah wawasan dan pengetahuan. Betapa mudahnya hanya dengan menggunakan media tv,suratkabar,radio maupun internet kita dapat mengetahiu apapun yang kita mau. Tanpa membawa Al-Quran kita pun dapat membacanya kapanpun kita mau. Dengan demikian penggunaan media yang tepat , sehingga peran dakwah yang di kemas dalam media dapat di terima dengan efektif dan efisien.
3.Fakta-Fakta Yang Terjadi Pada Dakwah
Pada bab fakta-fakta ini adalah membahas sesuatu unik dan menarik yang terjadi didalam menyampaikan dakwah sebagaimana yang dialami oleh para da’i atau muballigh , fakta tersebut memang benar-benar terjadi dan menjadi suatu pengalaman. Berikut fakta-faktanya :
1. Muballigh/ Da’i memakai tarif
2. Menjadi muballigh yang terkenal
3. Dilema sering terjadi
4. Lelucon sebagai tujuan atau sekedar intermisu
5. Antara suatu gambaran dengan kenyataan
6. Masih banyak jalan
7. Ruhul jihad dikalangan kaum muslimin sudah pudar
DAFTAR PUSTAKA
Qahthani, Juni 2001, Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniah, Solo
Strategi Dakwah di Lingkungan majelis Taklim, Dra.Hj. Tutty Alawiyah AS, Mei 1997, Penerbit Mizan, Bandung
Dakwah Islamiyah, Dr.Abudllah Syihata, 1978, Departemen Agama
Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Drs. H.M. Hafi Anshari, 1993, Al-Ikhlas, Surabaya
Ilmu Dakwah, Prof. Thoha Jahja Omar M.A., Februari 1967, Wijaya, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar